Selasa, 31 Agustus 2010

Adu Murah Nokia versus Brand Lokal



GENCARNYA serbuan brand lokal di kelas low-end dan makin kokohnya BlackBerry di level high-end tampaknya membuat Nokia mulai menurunkan harga sejumlah ponselnya. Setelah mereduksi harga E63 (Rp 2 jutaan) dari segi high-end ke seri mid-end (Rp 1 jutaan), maka 2010 ini juga giliran Nokia 5130 XpressMusic yang tadinya primadona mid-end turun pangkat ke kategori low-end.

Strategi ini tampaknya membuahkan hasil pada awal Kuartal II 2010. Setelah terdesak cukup lama, pabrikan Finlandia ini kembali menggeliat terutama di low-end dan mid-end. Sekalipun hasil itu baru tam­pak di Mal Sunter, Jakarta dan Atrium Jakarta Pusat yang sentra ponselnya tak terlalu besar. Dua seri, Nokia E63 dan 5130 XpressMusic, masuk 5 Besar top ponsel laris di dua mal yang disurvei ponsel be­berapa waktu lalu.

Di dua mal itu untuk kelompok mid-end hanya tiga seri yang mendominasi: Corby baik TXT maupun Touch bersama Nokia 5130 XpressMusic. Di luar dua merek itu, menurut pengakuan pedagang, jangankan terjual, ditanyakan saja tidak.

“Di low-end Nokia masih ada yang beli, yaitu Nokia 5130 XpressMusic yang harganya sekitar Rp 890 ribu dan Nokia 2700 yang harganya Rp 800 ribuan. Dua seri ini menjadi 5 Besar besar terlaris di low-end tem­pat kami bersama ponsel qwerty lokal seperti G-Star Q82, Nexian G923, MicXon S308,” papar Eddie, staf penjualan Tunas Cellular di Mal Sunter.

Sementara di kelas high-end tiga seri BlackBerry seperti Gemini 8520, Bold 9000, Onyx 9700 masih menjadi best seller, sekalipun dibuntuti Nokia E71. Menurut Eddie jatuhnya harga E63 hingga masuk kelas mid-end memang membantu penjualannya. Citranya sebagai ponsel qwerty premium tetapi dengan harga lebih murah membuat konsumen menimbang-nimbang. Sementara merek branded lain­nya hanya terjual satu atau dua unit.

Di gerai Lucky Cellular kondisinya nyaris serupa. Beberapa seri lokal di low-end merajai penjualan seperti Gstar Q82, Nexian G923, dan TiPhone T30. Rata-rata terjual 2-3 unit per hari selama dua pekan terakhir. Sementara Nexian G552 masih dicari dan baru di bawahnya berbagai seri Nokia seperti 1208, 1202, 1661, dan 2330. ”Di kelas high-end masih tetap BlackBerry Gemini, Onyx, dan Bold,” kata Tanti, staf penjualannya.

Di gerai Studio Phone, persaingan barnd lokal lebih ramai selain nexian G923 dan G552, terdapat juga D-One 628, TiPhone T30, Huawei U8230 bersaing ketat dengan ponsel Nokia seri Classic Rp 850 ribuan dan seri di bawah Rp 500 ribuan nokia 1202 dan 1208. ”Di mid-end tak banyak, hanya nokia E63 dan sam­sung corby,” kata Ayu, SPG-nya menandaskan.

Android Belum Dilirik
Sementara di Atrium Mall, dua seri Nexian G923 dan G522 jadi primadona kelas perangkat telekomunikasi di bawah Rp 1 juta. Rata-rata terjaul 3 unit per hari di sejumlah gerai. Di bawahnya ada Esia berbagai seri dan Nokia 5130 XpressMusic. ”Dominasinya masih qwerty, tetapi ada pengaruhnya Nokia 5130 itu turun harga,” aku Septi, SPG dari Obeng Plus.
Hal menarik diungkapkan Dony, karyawan Megah Cellullar. Di kelas hihg-end persainagn cukup seru. BlackBerry Gemini, Bold, dan Onyx ditempel E71, E90, dan E72. Di kelompok mid-end Corby berbagai seri mendominasi. Di kelas bawah brand lokal dari Nexian G923 dan G552 yang dominan. ”Turunnya Nokia 5130 XpressMusic juga disambut konsumen,” kata Dony.

Pendapat senada disampaikan Suwanto pemilik gerai Yes Ponsel. Menurutnya brand lokal seri qwerty merajalela terutama seri Nexian, diikuti secara merata oleh Ht Mobile dan Imo. ”Di kelompok high-end pertandingan terjadi antara Bold, Onyx, Gemini, dan Nokia E71. Di kelompok mid-end Samsung Corby baik TXT maupun touch menjadi best seller bersama Nokia XpressMusic,” tutur Suwanto.

Terobosan yang dilakukan beberapa vendor dengan menghadirkan android tampaknya belum mem­buat konsumen melirik. Sama halnya dengan iPhone. Menurut Suwanto, harga ponsel-ponsel itu masih terlalu mahal. “Bagi konsumen rupanya murah dan lengkap masih jadi kriteria,” imbuhnya. irvan sjafari
Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

  ©Template by Dicas Blogger.

TOPO